INFO Selamat datang di Info Rumput Hijau !

Keberhasilan Loew Mencontek Strategi Conte


Seputar Info Berita Sepakbola - Seperti yang sudah terprediksi, laga babak perempatfinal Piala Eropa 2016 antara Jerman dan Italia yang digelar pada Minggu (3/7/2016) dinihari WIB berlangsung sengit. Pertandingan harus ditentukan lewat adu penalti setelah kedua kesebelasan bermain imbang 1-1 selama 120 menit.

Jerman sendiri keluar sebagai pemenang. Pada babak adu penalti, tim asuhan Joachim Loew tersebut menang dengan skor 6-5. Jonas Hector menjadi penentu kemenangan di mana sebelumnya Matteo Darmian dari Italia gagal mengeksekusi tendangan 12 pas.

Namun, laga ini sebenarnya berjalan seimbang. Bahkan bisa dibilang, baik Jerman maupun Italia sama-sama menunjukkan bahwa mereka layak melangkah ke babak semifinal. Hanya saja Italia harus mengakui keunggulan Jerman dalam adu penalti.

Jerman tampil mengejutkan pada laga ini. Perubahan susunan pemain dilakukan oleh Loew untuk menandingi agresivitas Italia. Formasi 4-2-3-1 ditanggalkan untuk memainkan formasi dasar 3-5-2. Hal ini yang membuat Italia cukup kerepotan.


Skema Tiga Bek Jerman yang Berhasil Meredam Italia

Loew tampaknya memang telah menyiapkan anti-strategi untuk menghadapi Italia yang mengandalkan skema tiga bek. Jerman pada laga ini memasang formasi dasar 3-5-2, di mana Julian Draxler yang sebelumnya menjadi andalan dalam formasi 4-2-3-1, digantikan Benedikt Hoewedes yang berposisi sebagai bek tengah.

Maka yang terjadi di lapangan adalah duel dua kesebelasan yang memainkan skema tiga bek. Tak mengherankan jika pada akhirnya para pemain kedua kesebelasan menumpuk di tengah, di mana ini artinya terdapat setidaknya tiga gelandang tengah Jerman akan menghadapi tiga gelandang tengah Italia.

Skema seperti ini sebenarnya membatasi kreativitas lini tengah Jerman. Mereka cukup kesulitan mengalirkan umpan-umpan pendek di area tengah. Jerman pun lebih memilih untuk mengandalkan lebar lapangan untuk menembus pertahanan Italia.

Mario Gomez dan Thomas Mueller bisa dibilang tak mendapatkan suplai bola yang banyak pada laga ini. Begitu juga dengan Mesut Oezil yang berperan sebagai gelandang serang. Terbukti Jerman minim peluang. Babak pertama dan babak kedua, masing-masing Jerman hanya melepaskan tiga tembakan tiap babaknya. Baru pada babak tambahan waktu Jerman mampu melepas enam tembakan, dikutip dari Seputar Info Berita Sepakbola.

Jerman begitu fokus untuk menyerang lewat sayap. Untuk memaksimalkan serangan di lebar lapangan, Jerman bahkan menginstruksikan Mats Hummels dan Hoewedes untuk ikut bantu menekan . Hal tersebut yang membuat setiap sapuan para pemain Italia selalu berhasil kembali dikuasai oleh para pemain Jerman.

Naiknya Hummels dan Hoewedes sendiri tak sekadar untuk menjaga penguasaan bola, melainkan juga pemberi operan pada sepertiga akhir. Hector dan Joshua Kimmich yang bermain sebagai wing-back pun mendapatkan suplai bola dari keduanya, bukan dari gelandang-gelandang tengah.

Sementara itu yang paling menarik adalah, meski Oezil-Mueller-Gomez tak dilibatkan dalam skema utama serangan Jerman, namun kombinasi ketiganya-lah yang berhasil menghasilkan gol bagi Jerman. Peran Gomez sebagai pemantul dan Mueller yang dibebaskan bergerak ke manapun berhasil mengecoh lini pertahanan Italia.

Pada gambar 1 terlihat di mana posisi default Jerman ketika alur serangan belum bergulir. Ketika bola jauh dikirimkan pada Gomez, Mueller mendekati Gomez, tidak tetap pada posisinya (gambar 2). Mueller lantas mengembalikan bola pada Gomez yang menyisir sayap (gambar 3). Gomez kemudian memberikan umpan daerah pada Hector yang muncul dari belakang. Hector pun mengirimkan umpan cut back pada Oezil yang sudah menunggu di depan kotak penalti (gambar 4).

Pada gambar di atas juga terilhat bagaimana Italia cukup kebingungan melakukan penjagaan. Pada gambar tiga, terdapat dua pemain yang mengawal Gomez, di mana hal ini menimbulkan celah di area kotak penalti. Tertariknya satu per satu pemain Italia, membuat Hector bisa mengirimkan umpan silang dan Oezil memiliki celah untuk merangsek dan menyambut bola.

Skema Serangan Balik Italia Buntu

Seputar Info Berita Sepakbola melansir jika dalam menghadapi laga ini, Italia melakukan pendekatan strategi yang tak jauh berbeda seperti ketika menghadapi Spanyol. Padahal mereka tak diperkuat Daniele De Rossi. Peran De Rossi sendiri diisi oleh Marco Parolo. Stefano Sturaro yang menggantikan De Rossi diplot sebagai gelandang box-to-box.

Saat melakukan pressing, high block kembali diterapkan dengan menempatkan Emanuele Giaccherini di depan menemani Citadin Eder dan Graziano Pelle. Jerman memang kesulitan mengalirkan bola pada trio bek mereka sebagai awal mula serangan, namun Jerman memiliki Kroos yang bermain lebih ke dalam menemani Sami Khedira (atau Bastian Schweinsteiger) pada laga ini.

Skema pressing ini bisa dibilang tak berhasil mengunci aliran bola Jerman. Terlebih pergerakan Kimmich dan Hector di kedua sisi memudahkan Jerman, atau Kroos-Khedira, melanjutkan operan untuk keluar dari tekanan. Hal ini bisa jadi kejelian Loew dalam mengubah formasi 3-5-2 untuk memaksimalkan permainan melebar.

Transisi pun dilakukan seperti biasa, berubah menjadi 5-3-2 saat bola serangan lawan berhasil melewati garis tengah lapangan. Skema ini bisa dibilang cukup berhasil di mana Jerman minim peluang sepanjang 90 menit.

Italia sendiri kembali mengandalkan serangan balik yang menjadi ciri khas mereka. Namun, serangan balik ini berhasil diredam oleh lini pertahanan Jerman, khususnya pada babak kedua. Pada babak kedua sendiri serangan Italia mulai mengendur.

Pelatih Italia, Antonio Conte, masih mengandalkan sisi kiri untuk menembus lini pertahan lawan. Seperti yang telah dikutip oleh Seputar Info Berita Sepakbola  pada area tersebut, terdapat Giaccherini, gelandang tengah yang memang difungsikan lebih menyerang. 

Salah satu keberhasilan Jerman pada laga ini adalah berhasil menutup peluang Italia kala melancarkan serangan balik. Pada laga melawan Belgia dan Spanyol, Italia berhasil mencetak gol melalui skema serangan balik.

Biasanya, serangan balik cepat Italia berhasil melahirkan situasi 3v3 atau 4v4 pemain di lini pertahanan lawan, bahkan Italia unggul jumlah pemain. Namun, dengan skema tiga bek dan disiplinnya Khedira/Schweinsteiger, Kroos, dan kedua wing-back, Jerman tak pernah kalah jumlah saat Italia melancarkan serangan balik cepat andalan mereka.

Bahkan sebenarnya, apa yang dipraktikkan Jerman pada laga ini cenderung mirip dengan skema bertahan yang biasa dilakukan Italia. Saat bola berada di pemain belakang Italia, Jerman langsung menerapkan pressing high block. Transisi pun dilakukan dengan baik di mana Jerman Bermain pola 5-3-2 dengan menjaga jarak antarpemain di tengah untuk menutup jalur operan lewat umpan-umpan pendek ke tengah.

Seperti yang dikutip oleh Seputar Info Berita Sepakbola pada gambar di atas terlihat lima pemain berdiri sejajar pada baris pertahanan terakhir. Di depannya terdapat tiga gelandang yang menjadi tembok pertama untuk mengadang serangan. Sementara dua penyerang menjadi pengganggu pada pemain lawan yang menguasai bola. Gambar di atas pun memperlihatkan lima pemain Italia menghadapi sembilan pemain Jerman.

Ini juga membuat Italia tak bisa memberikan operan-operan pada Eder dan Pelle yang biasanya menjadi pemantul. Peluang-peluang dari Italia mayoritas diciptakan lewat sayap, di mana hal tersebut kurang efektif bagi Italia.

Gol Italia sendiri berawal dari skema sepak pojok. Eksekusi Alessandro Florenzi berhasil disapu Jerome Boateng, namun bola kembali mengarah pada Florenzi. Florenzi lantas kembali mengirimkan bola ke kotak penalti, di mana kemudian bola mengenai tangan Boateng sehingga Italia mendapatkan tendangan penalti. Lewat permainan terbuka, Italia cukup kesulitan membongkar pertahanan Jerman.

Kesimpulan

Keberanian Loew merespons strategi Italia dengan tiga beknya berbuah manis. Loew bahkan menerapkan pendekatan strategi yang tak jauh berbeda dengan seperti yang biasa Italia tampilkan. Transisi menyerang ke bertahan Jerman berjalan dengan baik, di mana ini sukses meredam serangan balik Italia yang kerap melahirkan gol.

Italia sebenarnya bukan bermain buruk. Namun skuat berjuluk Gli Azzurri ini tampak tak siap dengan Jerman yang bermain dengan skema 3-5-2. Italia pun sebenarnya cukup kokoh dalam bertahan, terlepas dari terciptanya gol Oezil. Hanya saja serangan balik mereka mampu dipatahkan Jerman.

Laga ini memang menunjukkan keberhasilan taktik yang dilakukan oleh Loew. Taktiknya berhasil membuat Italia bermain selama 120 menit dan memaksa adu penalti. Hal ini cukup menguntungkan buat Jerman karena mayoritas pemain Italia, yang bisa dibilang tak memiliki eksekutor bola mati, masih minim jam terbang sehingga mental mereka di level internasional benar-benar diuji pada adu penalti. Hal ini mungkin bisa menjawab mengapa Graziano Pelle, Simone Zaza, Matteo Darmian, dan Leonardo Bonucci gagal mengeksekusi penalti dengan baik.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog